WahanaNewsSulsel.co | Mantan Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pudjiastuti, menyindir aksi Ketua DPR RI, Puan Maharani, saat sedang menanam padi di tengah hujan.
Aksi tanam padi Puan dilakukan saat ia mendatangi area Persawahan Sendangmulyo, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Kamis (11/11/2021) kemarin.
Baca Juga:
DPR Tunda Proses Capim dan Dewas KPK, Tunggu Pengumuman Kabinet Baru
Dalam kesempatan tersebut, Puan ikut turun ke sawah di tengah hujan untuk menanam padi bersama sejumlah petani perempuan.
Kemudian, aksi tersebut mendapat respons dari Susi pada Kamis (11/11/2021).
Respons Susi disampaikan lewat akun Twitter pribadinya, @susipudjiastuti.
Baca Juga:
DPR Restui Pemberhentian Budi Gunawan, Herindra Resmi Jabat Kepala BIN
Dalam cuitannya, Susi menyebut biasanya petani tidak menanam padi saat sedang turun hujan.
"Biasanya petani menanam padi tidak hujan hujanan," kata Susi, dikutip Jumat (12/11/2021).
Sontak, respons Susi tersebut langsung menjadi sorotan oleh warganet di Twitter.
Hingga Jumat (12/11/2021) sore, cuitan tersebut telah dikomentari 1.400 kali dan di-retweet 3.300 kali.
Cuitan tersebut juga disukai lebih dari 10.000 kali oleh warganet di Twitter.
Bahkan, nama “Bu Susi” pun sampai merajai trending topik di Twitter pada Jumat (12/11/2021) dengan lebih dari 3.000 cuitan menyebut namanya.
Sebelumnya, Ketua DPR RI, Puan Maharani, berkomitmen menyerap aspirasi petani guna memenuhi kebutuhan dan permasalahan pertanian di area persawahan Sendangmulyo, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
"Saya ingin mengetahui apa saja kebutuhan dan permasalahan yang ada di sini terkait petani," katanya.
"Bagaimana menanam padi, panennya dan sesudah panen itu dijual atau dibeli ke mana. Itu yang jadi perhatian saya," ujar Puan dalam siaran pers yang diterima media, Kamis (11/11/2021).
Selain menyerap aspirasi, Puan ikut turun ke sawah untuk menanam padi bersama sejumlah petani perempuan di tengah lahan pertanian seluas 6 hektar (ha).
"Puan menanam, nanti rakyat yang memanen. Kali ini saya hadir dengan fokus menanam padi, biarkan rakyat nanti yang memanen," ucapnya.
Selama ini, lanjut dia, banyak orang hanya fokus pada pemanenan padi.
Padahal proses sebelum panen itu panjang dan dimulai dengan penanaman manual.
Saat menanam bibit padi, perempuan pertama yang menjabat sebagai Ketua DPR RI itu juga berdialog dengan petani.
Mengenakan caping dan sepatu khas petani, Puan sesekali berbicara menggunakan bahasa Jawa.
"Piro nek panen? (berapa banyak kalau panen), dijual neng endi? (dijual ke mana?)," tanya Puan kepada para petani.
Menanggapi pertanyaan Puan, salah satu petani Sendangmulyo, Tusiran, menyampaikan berbagai keluhan yang ia hadapi bersama rekan-rekannya.
Keluhan petani tersebut mulai dari rendahnya harga gabah hingga keterlambatan distribusi pupuk subsidi hingga harganya yang cukup tinggi.
"Mudah-mudahan dengan Bu Puan datang ke sini, dapat memberi semangat petani-petani di Sendangmulyo. Sebab, kebanyakan petani di sini sekarang tua-tua," cetusnya.
"Semoga dengan kedatangan ibu, ada petani dari generasi muda yang akan menjadi penerus kami," ujar Tusiran.
Tak hanya itu, ia berharap, pemerintah dapat memperhatikan para petani.
Salah satunya dengan memberikan kepastian harga gabah.
Ia juga meminta agar pemerintah dapat memperbaiki jalan tani karena saat musim hujan jalanan menjadi rusak dan licin sehingga petani sering terpeleset saat membawa gabah menggunakan motor atau mobil.
"Selain itu, kami mengharapkan ada saluran induk air. Sebab ketika musim kemarau, air untuk mengairi sawah tidak lancar," ujar Tusiran.
Mendengar berbagai aspirasi petani, Puan pun menanyakan kepada Wakil Bupati (Wabup) Sleman, Danang Maharsa, apakah harapan petani bisa segera direalisasikan.
"Setiap tahun kami bertahap permasalahan pengairan sawah akan segera kami selesaikan," jawab Danang.
Selain Danang, Puan juga menanyakan kepada Lurah Sendangmulyo, Budi Susanto, terkait penggunaan dana desa untuk membangun infrastruktur pertanian.
Menanggapi pertanyaan Puan, Budi mengatakan bahwa saat ini dana desa belum bisa digunakan untuk membantu pembangunan pertanian karena anggaran difokuskan untuk bantuan langsung Covid-19 kepada masyarakat.
"Sebelum Covid-19, dana desa digunakan untuk apa?" tanya Puan kembali.
"Kami gunakan untuk bantuan sosial (bansos) ke masyarakat, pembangunan jalan-jalan kampung, dan kami juga buat shelter," jawab Budi. [iko]