WahanaNews Sulsel | Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) merilis peringatan potensi gempa besar bermagnitudo 8,7 di pesisir selatan Jawa Timur.
Dikatakan, gempa besar tersebut merupakan siklus 100 tahunan dan dapat memicu tsunami.
Baca Juga:
Terminal Kalideres Cek Kelayakan Bus AKAP Menjelang Nataru
Menanggapi imbauan BMKG tersebut, Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Abdul Muhari, mengatakan belum ada kajian ilmiah terkait siklus 100 tahun tsunami di pantai selatan Jawa.
Dalam penelitiannya yang juga menggandeng BMKG, ternyata butuh waktu paling tidak 400 tahun bagi lempeng di selatan Jawa untuk memuntahkan energi gempa berkekuatan lebih dari magnitudo 8.
"Ini bisa terjadi kalau gerakan lempeng darat ini tetap bergerak sampai waktu tertentu karena diakan harus ngumpulin energi. Nah ketika kita hitung yang 8,8 di selatan Jawa Barat dan 8,9 di selatan Jawa Timur itu bisa terkumpul dalam magnitudo segitu dalam rentang tahun 400 tahun minimal," kata pria disapa Aam, Kamis (14/10).
Baca Juga:
Ketum TP PKK Pusat Survei Persiapan Operasi Katarak di RSUD Kalideres
Aam menjelaskan, dalam periode 100 tahun bisa saja terjadi gempa. Namun jika berdasarkan risetnya, kekuatan gempa tak bisa mencapai segitu.
"Jadi dalam segmen Jawa Barat bisa gak lepas gempa dalam periode ulang 100 tahun, ada tapi kita gak bicara 8,8 gitu," katanya.
Aam menerangkan risetnya telah berdasarkan data dari perhitungan Sistem Pemosisi Global atau GPS dan data relokasi pusat gempa.
Aam menggarisbawahi bahwa data gempa di Jawa masih sedikit, kalau tak mau dianggap kurang mumpuni untuk membaca pola keterulangan gempa di sana. Sehingga pihaknya tak mengetahui kapan terakhir kali gempa basar di pesisir selatan Jawa itu terjadi.
Ada catatan dari peneliti luar yang bersifat dokumentasi cerita. Pada 1921 tercatat ada rekaman cerita air naik di Pangandaran dan Cilacap. Estimasi kekuatan gempa saat itu mencapai magnitudo 7,5.
"Di bawahnya lagi ada gak, ada ada report Belanda waktu itu air naik di sekitar Kebumen, Kulonprogo di 1859 dan 1840. Ke bawahnya kita gak punya nih," ujarnya. [non]