WahanaNews - Sulsel | PT PLN (Persero) bersama Kementerian ESDM dan Kementerian BUMN menggelar seminar bioenergi bertema "Peningkatan Bauran EBT 23 persen melalui Keberlanjutan Pasokan Bahan Bakar Cofiring dan Pembangkit Bioenergi", Kamis, (30/6/2022).
Direktur Mega Proyek dan EBT PLN, Wiluyo Kusdwiharto menjelaskan, saat ini PLN sudah menggunakan bioenergi Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) melalui teknologi cofiring.
Baca Juga:
PLN Siap Wujudkan Target 75 GW Pembangkit EBT 2040 Lewat Kolaborasi Swasta
Melalui teknologi ini, PLN tak hanya mengurangi angka ketergantungan akan batu bara tetapi juga menghasilkan energi yang lebih bersih.
"Cofiring merupakan sebuah teknologi substitusi batu bara dengan bahan bakar biomassa yang bersumber dari tanaman energi, limbah perkebunan, limbah pertanian, limbah pertukangan, bahkan hingga sampah domestik," ujar Wiluyo.
Dari program cofiring tersebut, PLN telah menghasilkan energi hijau hingga 487 MWh di mana pencapaian tahun 2021 sebesar 269 Mwh, sedankan Januari sampai Mei 2022 sebesar 218 MWh. Hingga Mei, PLN mengimplementasikan teknologi ini di 32 PLTU di seluruh Indonesia.
Baca Juga:
PLN Siap Wujudkan Target 75 GW Pembangkit EBT 2040 Lewat Kolaborasi Swasta
"Pencapaian ini menjadi bukti keseriusan PLN mendukung Pemerintah dalam percepatan pemanfaatan energi baru terbarukan (EBT) menuju target 23 persen di tahun 2025," ungkap Wiluyo.
Dalam pelaksanaan cofiring, PLN Grup telah membangun rantai pasok penyediaan bahan baku biomasa melalui pendampingan, pengembangan, pembudidayaan tanaman energi, penggunaan limbah antara lain serbuk kayu atau sawdust, woodchip, bonggol jagung dan solid recovered fuel (SRF) dari sampah.
"Kebutuhan akan biomassa ini membutuhkan keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan sampah maupun tanaman energi sebagai bahan baku biomassa tersebut," imbuhnya.