Pesawat ini mampu terbang dengan endurance dua jam terbang dalam satu sortinya. Selain itu, dalam satu sorti penerbangan pesawat tersebut mampu membawa bahan semai sebanyak 800 - 1.000 kg per sorti.
Sebanyak 13.000 kg bahan semai telah disiapkan selama operasi TMC ini, dan akan ditambah jika memang masih dibutuhkan. Strategi yang digunakan yaitu melakukan redistribusi curah hujan dengan ‘mencegat’ awan-awan penghujan yang akan masuk ke wilayah Sulsel dari arah Barat.
Baca Juga:
Pemerintah Provinsi Bengkulu Bangun Infrastruktur Jalan dan Jembatan Pasca-Bencana Alam
Beberapa waktu lalu, diketahui, Pemprov Sulsel telah menyurati BNPB terkait izin penggunaan teknologi tersebut. Pasalnya saat itu, sejumlah daerah di Sulsel tengah dilanda cuaca ekstrem yang mengakibatkan bencana hidrometeorologi seperti banjir, longsor hingga abrasi.
Terlebih lagi, teknologi modifikasi cuaca ini telah digunakan di beberapa daerah dengan tujuan yang sama. Menurut Kepala BNPB Letjen TNI Suharyanto, teknologi tersebut cukup ampuh untuk mengurangi curah hujan yang turun.
"Ini terbukti bisa sedikit mengurangi curah hujan yang turun. Ini sudah dilakukan di DKI, Jawa Barat, Jawa Tengah, Banten, dan sekarang di Sulawesi Selatan," katanya.
Baca Juga:
Pemerintah Sulbar Bangun Tanggul dan Dua Jembatan di Desa Tapandullu Rp21,8 M
Sementara, Kepala Balai BMKG Wilayah IV Makassar, Irwan Slamet mengungkapkan, teknologi itu akan digunakan mengacu pada pantauan citra radar BMKG.
Melalui citra radar, BMKG akan melihat pergerakan awan yang mengandung uap air sangat besar. Awan inilah yang ditaburi garam sesuai dengan kandungan air, pergerakan dan kecepatan awan.
"Sebelum masuk ke Sulsel kita taburi garam sehingga sebelum masuk Makassar sudah hujan," pungkasnya.[mga]