Sulsel.WahanaNews.co - PT PLN (Persero) terus mengambil langkah-langkah strategis dalam memitigasi kemarau berkepanjangan sehingga mengakibatkan debit air berkurang di beberapa Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) dan Pembangkit Listrik Tenaga Mini Hidro (PLTMH).
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi puncak kemarau akan terjadi di akhir September 2023, dan akan lebih kering dari normalnya dan juga lebih kering dari tiga tahun sebelumnya di beberapa daerah termasuk Sulawesi.
Baca Juga:
Gendeng Indomobil, PLN Icon Plus Siap Kolaborasi Wujudkan Pengembangan Ekosistem Kendaraan Listrik
General Manager PLN Unit Induk Distribusi Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Barat (UID Sulselrabar), Moch Andy Adchaminoerdin menjelaskan, komposisi pembangkit listrik berbasis Energi Baru Terbarukan (EBT) yang memasok listrik di sistem kelistrikan Sulawesi Bagian Selatan (Sulbagsel) cukup besar.
“Dampak kemarau yang cukup panjang diprediksi akan berimplikasi pada pola pengoperasian pasokan listrik di sistem kelistrikan Sulbagsel pada akhir September 2023,” ujar Andy, dikutip Senin (25/9/2023).
Andy menegaskan, guna memaksimalkan pola pengoperasian PLTA, pihaknya berupaya melakukan modifikasi cuaca untuk menghasilkan hujan buatan.
Baca Juga:
Gendeng Indomobil, PLN Icon Plus Siap Kolaborasi Wujudkan Pengembangan Ekosistem Kendaraan Listrik
“Kami berkomitmen akan terus berupaya untuk menghadirkan pasokan listrik yang prima kepada pelanggan salah satunya dengan pemeliharaan infrastruktur terjadwal dan penetrasi modifikasi cuaca untuk meningkatkan debit air di beberapa pembangkit energi bersih” ungkap Andy.
Andy juga memastikan, PLN akan terus meminimalisir terjadinya manajemen beban dengan percepatan pekerjaan di lapangan dan terus berkoordinasi dengan stakeholder terkait dalam penanganannya.
[Redaktur: Mega Puspita]