Dia menambahkan, evaluasi rute ini dapat berimbas pada pengurangan jumlah frekuensi penerbangan di rute yang low factornya tidak mencapai 50 persen. Hal ini dilakukan agar subsidi yang diberikan betul-betul tepat guna bagi masyarakat.
"Dievaluasi mungkin frekuensinya yang dikurangi. Frekuensi dulu yang kemarin yang tahun lalu misalnya tiga kali seminggu di ubah jadi sekali seminggu. Supaya kan kasihan juga ini kita pakai uang negara yang kemudian nanti tidak menyentuh langsung ke masyarakat karena faktor keterisian penumpang yang terbatas," sebutnya.
Baca Juga:
Minta Uang Damai ke Pelaku Pelecehan Seksual, Iptu HT Dicopot
"Jadi ketika subsidinya tidak tepat sasaran dengan tingkat keterisian penumpang yang tidak sesuai dengan jumlah kursi nah ini takutnya jadi pemborosan," tambah Erwin.
Erwin mengatakan subsidi rute penerbangan yang dikurangi frekuensinya itu akan dialihkan ke rute lainnya yang lebih banyak penumpangnya. Misalnya rute Makassar-Selayar yang paling banyak diminati.
"Iya dialihkan ke rute lain. Karena ada rute lain yang padat sekali sampai waiting list penumpang. Contoh Selayar itu waiting list. Karena pertama kan dua kali orang dua moda transportasi yang dia harus pakai. Harus lewat laut sama darat," pungkasnya.
Baca Juga:
Pupuk Palsu Merajalela: 27 Perusahaan Jadi Tersangka, Kerugian Capai Rp 3,2 Triliun
[Redaktur: Sutrisno Simorangkir]