WahanaNews-Sulsel | PT PLN (Persero) kembali menghadirkan inovasi dalam bidang Electrifying Marine melalui Anjungan Listrik Mandiri (ALMA).
PLN UIW Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, dan Sulawesi Barat (Sulselrabar) telah menyediakan sebanyak 51 unit ALMA dengan total daya 413.200 VA di wilayah kerjanya.
Baca Juga:
Era Energi Terbarukan, ALPERKLINAS: Transisi Energi Harus Didukung Semua Pihak
General Manager PLN UIW Sulselrabar, Awaludin Hafid, mengatakan penyediaan ALMA tersebut guna memenuhi kebutuhan listrik serta mendorong pertumbuhan ekomomi dan sektor pariwisata di bidang kemaritiman.
"Kehadirannya guna memenuhi kebutuhan listrik dan mendukung pertumbuhan sektor ekonomi serta pariwisata di bidang kemaritiman," kata Awaluddin, Selasa (24/5/22).
Awaluddin menyampaikan, inovasi PLN dalam bidang Electrifying Marine ini merupakan wujud dari transformasi pilar Customer Focus dan Innovative guna meningkatkan pelayanan listrik yang lebih mudah, terjangkau dan andal.
Baca Juga:
Urgensi Krisis Iklim, ALPERKLINAS Apresiasi Keseriusan Pemerintah Wujudkan Transisi Energi Bersih
“Kami optimis, dengan hadirnya ALMA di pelabuhan tentu dapat mendukung efisiensi biaya operasional kapal ikan maupun kapal pariwisata yang bersandar sehingga dapat berimplikasi pada peningkatan roda ekonomi masyarakat,” ujar Awaluddin.
Hadirnya ALMA merupakan bentuk konkret dari program Electrifying Marine PLN.
PLN dapat memenuhi layanan listrik temporer bagi kapal ikan maupun kapal pariwisata, sehingga para pemilik kapal yang sedang bersandar di pelabuhan tidak perlu lagi menghidupkan mesin untuk penerangan selama tidak berlayar.
“PLN berkomitmen untuk mendukung peningkatan ekonomi di sektor kemaritiman, untuk itu ALMA hadir bagi kapal yang sedang dengan mengubah pola pemakaian berbasis mesin BBM menjadi berbasis listrik,” katanya.
Sementara itu, salah satu pelanggan yang telah menggunakan ALMA di Pantai Losari, Kota Makassar, Aldrin turut merasakan dampak positif terhadap penekanan biaya operasional kapal phinisinya.
Dirinya menambahkan, saat kapal Phinisi bersandar biasanya memakan biaya sampai dengan Rp8 juta per bulan untuk membeli BBM guna mengoperasikan peralatan listrik di kapalnya.
"Kapal yang digunakan untuk edukasi masyarakat ini tentu membutuhkan pasokan listrik dan kami merasa terbantu dengan hadirnya ALMA," ujar Aldrin.
Ketua Yayasan Phinisi Pusaka Indonesia tersebut mengaku saat pandemi kapal lebih banyak bersandar, sehingga ia harus mencari cara guna menekan biaya operasional.
"Semenjak beralih dari BBM menggunakan listrik dari November 2021 lalu, kami hanya mengeluarkan biaya operasional Rp3,5 - 4 juta per bulan saat bersandar. Artinya kami menghemat biaya operasional sangat signifikan sampai dengan 50 persen per bulan," ujarnya.
Dirinya berharap kedepannya PLN dapat menambah ALMA di pelabuhan lainnya agar dapat dinikmati oleh seluruh kapal yang bersandar.
"Kapal ini sudah berlayar hingga ke Indonesia Timur dan kami merasakan dampak positif dengan adanya ALMA, oleh karena itu semoga ke depannya PLN dapat menghadirkan ALMA di setiap pelabuhan," ujarnya.[jef]